Minggu, 03 Januari 2016

PP. Tarbiyatut Tholabah Pesantren Responsif Gender

Mengenal PP. Tarbiyatut Tholabah
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah (PP Tabah) didirikan oleh KH. Musthofa Abdul Karim yang berasal dari Desa Tebuwung sebuah Desa yang terletak di aliran sungai Bengawan Solo di Dukun Kabupaten Surabaya saat itu. Lahirnya pesantren ini tidak dapat lepas dari sejarah masyarakat Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, yang membutuhkan figur pemimpin yang benar-benar bisa menjadi panutan umat. Saat itulah nama KH. Musthofa  diminta untuk menjadi sosok pemimpin umat, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan.
PP yang hadir karena kepedulian KH. Musthofa terhadap persoalan umat ini berdiri pada Jumadil Akhir 1316 H/Nopember 1898 M. PP. ini kemudian lebih dikenal dengan nama Pondok Kranji, yang merupakan salah satu pesantren tertua di kawasan Pantura. Dalam waktu yang cukup singkat, lahan tanah pesantren pemberian H. Harun (warga Desa Kranji) yang dikenal angker itu ‘disulap’ menjadi sebuah bangunan pondok pesantren yang sederhana, tapi cukup bagi para santri untuk belajar. Mula-mula Kyai Musthofa menggali sumur dan membangun Langgar Agung (sekarang Musholla Al-Ihsan) dengan dibantu para santri. Oleh karenanya, KH Musthofa merasa mantap untuk mendirikan dan mengembangkan Desa Kranji menjadi desa berbasis pondok Pesantren.
Pilihan Desa Kranji secara historis dan letak strategis adalah Pertama, merupakan Desa tertua, terbukti adanya Makam Ayu yang terletak sebelah barat Pondok Pesantren dan makam Gelondong yang berada di timur Pondok Pesantren. Nilai peninggalan makam yang cukup tua itu menggambarkan bahwa Desa kranji merupakan Desa yang mempunyai nilai sejarah bagi masyarakatnya. Kedua, merupakan Desa yang mempunyai nilai strategis dan ekonomis. Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan peninggalan Belanda yang berada di kanan kiri jalan Daendels, dan sampai sekarang di Desa Kranji terdapat Pasar Tradisional yang menjadi pusat perputaran ekonomi bagi masyarakat Desa Kranji dan sekitarnya.  Pondok Kranji sebagai pusat pendidikan ilmu agama langsung diterima oleh masyarakat luas, meski tidak sedikit pula masyarakat yang sempat  menentangnya.

Pembelajaran di PP. Tarbiyatut Tholabah, Kranji
Seiring dengan bertambahnya jumlah santri, maka KH. Musthofa mendirikan asrama sederhana untuk tempat istirahat, mengulang pelajaran, menghafal dan lain sebagainya. Asrama tersebut terletak di sebelah selatan Langgar Agung. Model pembelajaran yang berlangsung adalah model sorogan (metode santri yang menghadap kepada Kyai untuk menyimak kajian kitabnya). Kadang kala pembelajaran berlangsung dengan metode Weton (pengajiannya diberikan pada waktu tertentu) serta  menggunakan metode tradisional lainnya, seperti :  (1) Menghafal satu persatu, (2) Mengulang pelajaran, dan (3) Mempraktikkan ilmu yang telah disampaikan. Adapun materi pengajaran yang disampaikan antara lain: Alquran, Tafsir Alquran, Al-Hadits, Fiqh, Nahwu, Sharaf, Faraid (ilmu mengenai pembagian waris), Manthiq, dan Balaghah.
Pada tahun 1924 M, KH. Abdul Karim Musthofa yang merupakan salah seorang putra KH. Musthofa kembali dari nyantri-nya di PP Tebuireng Jombang. Di Kranji beliau mendirikan madrasah yang diberi nama “Tarbiyatut Tholabah” oleh Hadratusy-syaikh KH Hasyim Asy’ari. Saat itu madrasah tersebut menggunakan kurikulum salafiyah yang disesuaikan dengan kurikulum Madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang.  Setelah mendirikan madrasah, yakni pada 1928 M KH. Abdul Karim Musthofa kembali menuntut ilmu ke Tebuireng Jombang dan kepemimpinan madrasah diserahkan kepada adik iparnya,  KH. Adelan Abdul Qodir.
Singkat cerita, pesantren ini telah menghasilkan banyak ulama, cendekiawan dan  pemimpin besar di tanah air. Di antaranya KH. Tolchah Hasan (Menteri Agama pada era Presiden Gus Dur), KH. Abdur Rahman Syamsuri (Pendiri PP. Muhammadiyah Karangasem Paciran).
Di tahun 1945 M, PP. Tabah mulai memperhatikan pendidikan bagi anak perempuan. Saat kepemimpinan Ustadz Moh. Ali Thoyib, didirikanlah Madrasah Ibtida’iyah Tarbiyatut Tholabah Putri (tahun 1948 M) dengan sistem pengajaran madrasah namun hanya sampai kelas 3 MI.
Berikut sosok pengasuh PP. Tarbiyatut Tholabah Kranji  semenjak berdirinya hingga kini:
1.    KH. Musthofa Abdul Karim Periode 1889-1949. Meninggal pada tanggal 12 Agustus 1950 M
2.    KH. Abdul Karim Musthofa Periode 1949-1957 (Putra KH. Musthofa). Meninggal Tahun 1964 M
3.    KH. Adelan Abdul Qodir Periode 1957-1976 (Menantu KH. Mustofa, karena menikah dengan Hj. Shofiyah Putri KH. Musthofa), meninggal pada tanggal 21 Desember 1976 M
4.    KH. Moh. Baqir Adelan Periode 1976-2006 ( Putra KH. Adelan Abdul Qodir ). Meninggal Pada tanggal 15 Mei 2006
5.    KH. Moh. Nasrullah Baqir periode 2006-Sekarang (Putra KH. Baqir Adelan)
Di bawah asuhan Kyai Baqir Adelan, pesantren ini mengalami perkembangan pesat. Kebesaran nama Tarbiyatut Tholabah terdengar dimana-mana. Alumninya pun, kini telah tersebar ke penjuru nusantara, bahkan dunia PP. Tabah kini berkembang sebagai potret pesantren yang produktif dalam mencetak ulama dan tokoh masyarakat.
Hingga saat ini, jenjang pendidikan yang  berkembang di PP. Tarbiyatut Tholabah adalah sebagai berikut :
1. Madrasah Salafiyah tahun 1924-1948
2. Madrasah Ibtida’iyah tahun 1948
3. Madrasah Tsanawiyah Tahun 1963
4. TK Raudlatul Athfal 1969
5. Madrasah Mu’alimin Tahun 1972-1978
6. Madrasah Aliyah tahun 1978
7. Kuliah Kitab Kuning Tahun 1986-1995
8. Madrasah Aliyah Keagamaan Tahun 1993
9. STIT Sunan Giri Lamongan Tahun 1988-1994
10.  STAI Sunan Drajat (STAIDRA) Tahun 1994
11.  Ma’had Aly Tahun 2009-2012
12.  Diniyah Formal (Ula, Wustho, Ulya) Tahun 2009-2012
PP Tabah menawarkan pendidikan agama lengkap yang dipadukan dengan konsep pendidikan modern. Untuk mencetak santri yang handal, pesantren ini mempunyai tenaga pengajar yang berpengalaman di bidangnya masing-masing serta sarana pendidikan yang representatif. Pengajar disini harus benar-benar layak. Untuk mencetak santri atau siswa yang baik, tenaga pengajarnya harus baik pula. Intinya, pesantren harus memberikan pelayan yang baik terhadap santri dan masyarakat.

Mencetak Santri Responsif Gender
Jauh sebelum PP Tabah terutama MA Tabah menjalin kerjasama dengan Rahima, Pesantren ini sudah relatif  responsif dengan kesetaraan gender. Mengapa seperti itu?, Pertama PP Tabah melalui BP2M STAIDRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat) bekerjasama dengan DITBINPERTA DEPAG RI pada tahun 2004-2005 melaksanakan kegiatan Participatory Action Researh (PAR), Training Analisis Gender (GAT) dalam Islam, Penyusunan Kurikulum Pesantren Berbasis Gender dan Workshop Management Pesantren berbasis Gender yang output-nya adalah semakin terbuka ruang partisipasi santri perempuan. Kedua, Jumlah santri di PP Tabah Kranji kurang lebih 2.421, dengan jumlah Siswa dari MA Tabah berjumlah 906 (laki-laki 348 dan perempuan 558). Dewan Guru pengajar MA Tabah berjumlah 70 Guru (laki-laki 54 dan perempuan 16).  Dari data di atas membuktikan bahwa jumlah siswa perempuan itu lebih banyak dari siswa laki-laki dengan jumlah guru perempuan sebanyak 20 % dari jumlah total guru MA Tabah, ditambah dengan jumlah jajaran Staf Kepala Madrasah, Ketua TU dan Ketua BK adalah perempuan. (Sumber: Data Yayasan PP Tabah 2014).
Pada sisi yang lain, organisasi Siswa MA Tabah ada bermacam-macam mulai OSIS, Pramuka, Al-Himmah (Organisasi anak MAU), KeMAKan (Organisasi anak MAK), LPS An-nasihah (Organisasi Jurnalistik), Komunitas siswa sadar PKRS. Dari berbagai organisasi siswa di atas salah satunya An-Nasihah, Organisasi Pers Siswa, pernah dalam 2 periode dipimpin oleh perempuan pada masa abdi 2012/2013 dan 2013/2014 , komunitas sadar PKRS yang bergerak dalam bidang kesehatan reproduksi remaja dan konseling juga dipimpin oleh perempuan yakni Isvina Unaizahroyah (Kader PKRS Rahima).
Sedangkan dalam sistem pengajaran di Pondok Tabah, kelas untuk siswa perempuan dan laki-laki dipisah, akan tetapi untuk guru pengajarnya guru perempuan juga mengajar pada siswa laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dan profesionalitas yang dikedepankan bukan berdasarkan jenis kelamin.Salah satu pembuktian bahwa PP Tabah responsive gender adalah ditunjukkan dengan sosok ibu Nyai pengasuh PP Tabah Kranji yakni Ibu Nyai  Hj. Lujeng Lutfiyah, SQ, M.Th.I. sebagai  istri dari pengasuh PP Tarbiyatut Tholabah KH. Moh. Nasrullah Baqir. Ibu Nyai ini adalah sosok perempuan yang bergelar calon Doktor pertama di PP. Tabah yang mana peran beliau sangat luar biasa dalam memajukan pendidikan di antaranya adalah beliau sebagai pengasuh pondok Putri Tabah, Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat, Tenaga Pengajar di MA Tarbiyatut Tholabah, mengajar siswa putra khususnya kelas MAK, mendidik santri melalui pengajaran kitab kuning, menjadi penceramah di pengajian umum, menjadi pemateri di kajian-kajian ilmiah dll.     Selain Ibu Nyai  Hj. Lujeng Lutfiyah, SQ, M.Th.I. masih ada sosok perempuan yang juga mempunyai partisipasi luar biasa dalam memberikan pendidikan pada umat beliau adalah sosok ibu Nyai Dra. Hj. Muthi’ah selain sebagai tenaga pengajar di PP Tabah Kranji beliau juga sebagai pendakwah yang jam terbangnya telah sampai keluar wilayah Lamongan. Berbagai gambaran tersebut, menunjukkan bahwa PP. Tabah Kranji telah mengalami perkembangan sehingga menjadi pesantren yang responsif gender. Para pengasuh telah memberikanuswah hasanah pada santrinya, dan memberikan kesempatan yang sama serta mengajarkan bahwa mereka bisa dipimpin oleh lelaki maupun perempuan. Ini karena spirit ajaran Islam mengajarkan bahwa Allah swt. juga tidak pernah membedakan para hambanya dari jenis kelaminnya, namun dari ketakwaan dan amal perbuatannya semata.{Ahmad Ainul Fahruri, alumni MA TABAH 2015}

0 komentar:

Posting Komentar